Select Page

jpnn.com, JAKARTA – Persaingan dalam bursa capres memperlihatkan keunggulan Prabowo Subianto atas Ganjar Pranowo dalam simulasi head-to-head.

Temuan survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan elektabilitas Prabowo mencapai 51,8 persen.

Sedangkan, elektabilitas Ganjar berada di angka 34,5 persen atau terpaut 17 poin dari Prabowo.

Sisanya, sebanyak 13,7 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab.

“Prabowo unggul jauh dalam simulasi head-to-head mengalahkan Ganjar,” ungkap peneliti senior CPCS Hatta Binhudi dalam press release di Jakarta pada Senin (4/9).

Dalam simulasi banyak nama, elektabilitas Prabowo dan Ganjar hanya terpaut kisaran 2 persen saja.

Menurut Hatta, jauhnya jarak elektabilitas dalam skenario head-to-head antara Prabowo dan Ganjar menunjukkan keunggulan Prabowo dalam menyerap basis pendukung capres lainnya, terutama Anies.

“Dalam skenario hanya ada dua pasangan capres atau Anies tersisih pada putaran kedua, basis pemilih Anies condong mengalihkan suaranya kepada Prabowo,” tandas Hatta.

Lebih mudah terjadi migrasi pendukung Anies ke kubu Prabowo ketimbang beralih mendukung Ganjar.

“Jika melihat sebaran wilayah dan karakteristik pemilih, basis Prabowo dan Anies hampir mirip dan cenderung beririsan,” jelas Hatta.

Sebagai catatan, Prabowo menjadi rival Jokowi dalam dua kali pemilu, sedangkan Anies didukung Prabowo saat maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Dengan pengalaman sebagai sesama pihak “oposisi” terhadap pemerintahan Jokowi, baik Prabowo maupun Anies berbagi ceruk pendukung yang relatif sama juga.

Sebaliknya, jarak ideologis yang terlalu jauh antara Anies dan Ganjar menyulitkan terjadinya migrasi pemilih.

Di sisi lain, Prabowo telah meninggalkan sikap oposisi dengan bergabung dalam pemerintahan Jokowi periode kedua.

“Meskipun berada dalam pemerintahan, pengaruh Prabowo masih cukup kuat di kalangan yang tidak puas terhadap kinerja pemerintah,” terang Hatta.

“Semakin menguatnya elektabilitas Prabowo usai kehebohan Piala Dunia U20 membuat basis pendukung Anies mulai bergeser ke kubu Prabowo,” lanjut Hatta.

Ketidakjelasan partai-partai Koalisi Perubahan dalam menentukan cawapres membuat elektabilitas Anies terus tergerus.

Belakangan muncul nama Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies dan buru-buru dideklarasikan, memicu Demokrat mundur dari koalisi.

“Masih butuh waktu bagi pasangan Anies-Cak Imin untuk mengejar ketertinggalan dari Prabowo dan Ganjar,” tandas Hatta.

Sebelumnya sempat muncul wacana untuk menggabungkan Ganjar dan Anies menjadi pasangan capres-cawapres.

“Di tengah stagnannya elektabilitas Ganjar dan melorotnya Anies, penyatuan kekuatan dari dua kubu yang kerap bertentangan itu menjadi alternatif,” Hatta menjelaskan.

Skenario Ganjar-Anies bisa mengimbangi Prabowo yang tren elektabilitasnya terus mengalami kenaikan.

“Dengan telah dideklarasikannya Anies-Cak Imin, bukan tidak mungkin kesepakatan terjadi pada putaran kedua di mana Anies bakal mendukung Ganjar,” pungkas Hatta.

Survei CPCS dilakukan pada 21-27 Agustus 2023, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka.

sumber: https://www.jpnn.com/news/simulasi-head-to-head-cpcs-prabowo-unggul-dari-ganjar-selisihnya-wow