Select Page

Batalnya perhelatan Piala Dunia U20 di Indonesia memberikan dampak secara elektoral bagisejumlah partai politik. Temuan survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan elektabilitas PDIP turun, dari sebelumnya 19,3 persen menjadi 16,4 persen.

Meskipun turun, posisi PDIP masih tetap unggul, tetapi kini ditempel ketat oleh Gerindra. Elektabilitas Gerindra mengalami kenaikan dari sebesar 12,1 persen pada survei bulan Februari2023 menjadi 15,0 persen.

Publik menyoroti sikap Ganjar Pranowo dan Wayan Koster, dua gubernur dari PDIP, yang menyatakan penolakan terhadap kehadiran tim Israel pada Piala Dunia U20. Tak pelak, hujatanmengarah baik pada Ganjar maupun PDIP yang sama-sama aktor penting dalam politik saat ini.

Dampak batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010, elektabilitas PDIP jeblok, sedangkan Gerindra justru mengalami kenaikan,ungkap peneliti senior CPCS Hatta Binhudidalam press release di Jakarta pada Senin (17/4).

Menurut Hatta, penurunan tajam elektabilitas menjadi warning bagi upaya PDIP untuk mencetakrekor hattrick dalam Pemilu 2024. “Terbukti, Megawati menyoroti soal itu dan menginstruksikankader-kader PDIP untuk berjuang menaikkan kembali elektabilitas,” tandas Hatta.

Turunnya elektabilitas, Hatta menambahkan, tidak bisa dipandang sebagai fenomena sesaat. “Piala Dunia U20 menjadi game changer bagi perubahan peta politik, di mana terjadi pergeseranmagnet politik dari PDIP ke koalisi besar pendukung Prabowo Subianto,” jelas Hatta.

Hal itu tecermin dari naiknya elektabilitas baik Gerindra maupun Prabowo, dan sebaliknya PDIP dan Ganjar turun. “Tidak menutup kemungkinan, Gerindra bisa menggeser PDIP dalam peta elektabilitas partai politik ke depan,” Hatta mengingatkan.

Dampak lanjutannya, posisi tawar PDIP jadi menurun ketika muncul wacana untuk bergabung kedalam koalisi besar. “Keinginan PDIP untuk mendapatkan jatah calon presiden bisa kandas, seiring menguatnya Gerindra dan Prabowo,” lanjut Hatta.

Koalisi besar yang berpeluang mengusung Prabowo sebagai capres juga beranggotakan antaralain Golkar (8,3 persen) dan PKB (6,6 persen). Golkar tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), sedangkan PKB bersama Gerindra membentuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Partai-partai lain juga menyatakan tertarik untuk bergabung dalam koalisi besar, di antaranyaPartai Solidaritas Indonesia (5,8 persen). “PSI menyatakan tegak lurus dengan sikap PresidenJokowi terkait arah dukungan pencapresan,” Hatta menerangkan.

Lalu ada dua partai anggota KIB lainnya, yaitu PPP (2,4 persen) dan PAN (2,1 persen). Partai-partai papan bawah juga merapat ke koalisi besar, di antaranya Perindo (1,5 persen) dan PBB (0,4 persen).

Sementara itu poros lainnya didominasi oleh partai-partai oposisi yang tergabung dalam KoalisiPerubahan untuk Persatuan (KPP), yaitu Demokrat (6,0 persen) dan PKS (4,5 persen). Satu-satunya partai di kubu pemerintah anggota KPP adalah Nasdem (2,8 persen).

Sisanya belum secara terbuka menyatakan bakal bergabung ke dalam poros koalisi yang mana. Semuanya dari kalangan partai-partai papan bawah, yaitu Gelora (1,3 persen), Ummat (1,1 persen), Hanura (0,3 persen), PKN (0,1 persen), Garuda (0,0 persen), dan Buruh (0,0 persen).

“Makin mendekati pemilu, dinamika antara pencapresan dan poros koalisi partai-partai akansaling mempengaruhi,” pungkas Hatta. Sementara itu masih ada yang menyatakan tidaktahu/tidak jawab sebanyak 25,4 persen.

Survei CPCS dilakukan pada 1-7 April 2023, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)