Sementara bursa calon presiden dikuasai oleh sejumlah nama besar, persaingan dalam memperebutkan tiket calon wakil presiden memberikan hasil yang mengejutkan. Nama-nama yang kerap berada pada papan bawah justru menguasai elektabilitas cawapres.
Temuan survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan Puan Maharani unggul dengan elektabilitas mencapai 26,2 persen, disusul oleh Erick Thohir sebesar 15,4 persen.
Khofifah Indar Parawansa menyodok ke posisi ketiga dengan elektabilitas 10,4 persen. Khofifah merupakan tokoh perempuan yang menjabat gubernur di provinsi Jawa Timur, basis kekuatan Nahdlatul Ulama (NU).
“Puan berada pada posisi teratas dalam bursa cawapres, sedangkan Khofifah muncul sebagai cawapres terkuat dari kalangan NU,” ungkap Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K. dalam press release di Jakarta pada Kamis (29/4).
Menurut Okta, tingginya elektabilitas Puan dalam bursa cawapres menjadikan Ketua DPR itu berpeluang kuat dipasangkan dengan salah satu capres, seperti Prabowo Subianto atau Anies Baswedan. Sebagai elite PDIP, Puan menjadi sangat diperhitungkan untuk tiket koalisi Pilpres.
Jika Puan mewakili kalangan nasionalis, Khofifah merepresentasikan kekuatan NU yang selama ini menjadi faktor penting dalam politik dan pemilu di Indonesia. “Dalam beberapa kali pemilu, capres menggandeng tokoh NU sebagai cawapres,” lanjut Okta.
Misalnya, pada Pilpres 2004 Megawati berpasangan dengan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi. Terakhir, Jokowi menggandeng KH Ma’ruf Amin, Rais Aam Syuriah PBNU dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Pemilu 2019.
Khofifah memiliki rekam jejak di pemerintahan, dengan menjabat menteri pada kabinet Gus Dur dan Jokowi periode pertama. Kini Khofifah memimpin provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Jawa Barat.
Tokoh potensial lainnya adalah Menteri BUMN Erick Thohir, serta Panglima TNI Andika Perkasa (7,3 persen). “Erick mewakili kalangan pengusaha dan profesional, sedangkan Andika menjadi tokoh militer yang bersinar bintangnya,” tandas Okta.
Pengalaman menunjukkan mantan Panglima TNI kerap menduduki jabatan penting, seperti Widodo AS dan Djoko Suyanto yang menjadi Menko Polhukam, serta Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Nama-nama lain yang masuk dalam bursa cawapres adalah Agus Harimurti Yudhoyono (5,5 persen), Airlangga Hartarto (4,5 persen), Ridwan Kamil (3,8 persen), dan Sandiaga Uno (2,7 persen).
“Seperti halnya Puan, elektabilitas Airlangga juga lebih tinggi sebagai cawapres dibanding dalam bursa capres,” jelas Okta. Sebagai Ketua Umum Golkar, Airlangga menjadi faktor penting dalam menentukan koalisi untuk mendukung pasangan capres-cawapres.
Sementara itu RK, Sandi, dan AHY lebih digadang-gadang sebagai capres, meskipun hanya mampu masuk ke jajaran papan tengah. Dalam bursa cawapres, ketiga nama tersebut kalah dibandingkan dengan Puan, Erick, dan Airlangga.
Nama-nama lainnya adalah Mahfud MD (1,6 persen), Susi Pudjiastuti (1,3 persen), Gatot Nurmantyo (1,1 persen), dan Tito Karnavian (1,0 persen). Selebihnya hanya memiliki elektabilitas di bawah 1 persen, dan sisanya tidak tahu/tidak jawab 13,6 persen.
Survei CPCS dilakukan pada 11-20 April 2022, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)