Peta koalisi partai-partai politik mulai dinamis, dengan telah terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, PAN, dan PPP. KIB disebut-sebut menjadi mesin politik Presiden Jokowi untuk memberikan dukungan terhadap capres pada Pemilu 2024.
Sementara itu Nasdem telah memunculkan tiga nama capres, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa. Nasdem ditengarai menjalin komunikasi dengan partai-partai seperti PKS dan Demokrat, khususnya dalam penentuan nama-nama capres dan cawapres.
PDIP dan Gerindra paling awal digadang-gadang sebagai koalisi strategis sejak Prabowo bergabung ke dalam pemerintahan Jokowi periode kedua. Tetapi Gerindra pun membuka diri dengan partai-partai lain, seperti penjajakan koalisi dengan PKB.
Dengan masih berlakunya ketentuan presidential threshold (PT) 20 persen, paling banyak bisa terbentuk empat poros koalisi Pilpres, di mana PDIP menjadi satu-satunya partai politik yang berhak mengusung pasangan capres-cawapres tanpa perlu berkoalisi.
Temuan survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan pasangan Prabowo Subianto dan Puan Maharani berpeluang unggul telak dalam sejumlah simulasi, dengan elektabilitas mencapai 51,3 persen.
“Di antara sejumlah simulasi, Prabowo-Puan unggul telak dibanding pasangan capres-cawapres yang lain,” ungkap Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K. dalam press release di Jakarta pada Kamis (4/8).
Pasangan Prabowo-Puan unggul dalam simulasi tiga pasangan capres-cawapres, mengalahkan Anies-Andika (22,5 persen) dan Ganjar-Airlangga (20,8 persen), sedangkan sisanya tidak tahu/tidak jawab 5,4 persen.
Menurut Okta, koalisi yang dibangun PDIP dan Gerindra dengan mengusung Prabowo-Puan memiliki peluang besar untuk menang dalam Pemilu 2024. “Komunikasi PDIP dan Gerindra sudah terbangun lama sejak keduanya menjadi oposisi pada masa Presiden SBY,” lanjut Okta.
Koalisi PDIP dan Gerindra pulalah yang sukses memenangkan Jokowi dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2012 silam. Kedua parpol sempat terpisah ketika Jokowi dan Prabowo berhadap-hadapan dalam dua kali pemilu, tetapi kemudian Jokowi merangkul Prabowo.
Dalam simulasi yang lain, PDIP dan Gerindra kembali berpisah, mengusung capres-cawapres yang berbeda. Hasilnya, Ganjar-Andika unggul jauh (43,6 persen) terhadap Prabowo-Airlangga (23,7 persen) dan Puan Erick (19,0 persen), sisanya tidak tahu/tidak jawab 13,7 persen.