Select Page

Setahun pandemi Covid-19, publik menilai pemerintahan periode kedua Jokowi yang berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin bekerja keras mengatasi krisis kesehatan dan dampak ekonomi yang ditimbulkan. Temuan survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan tingkat kepuasan publik mencapai 70 persen.

“Di tengah situasi pandemi dan pertumbuhan ekonomi yang masih bergerak negatif, publik menilai Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya telah mengambil langkah-langkah yang paling tepat, dibuktikan dengan tingkat kepuasan yang sangat tinggi,” ungkap Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K. dalam press release di Jakarta pada Senin (25/3).

Menurut Okta, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf sebesar 70,7 persen. Bagi masyarakat, pandemi merupakan fenomena global yang tidak hanya dirasakan di Indonesia. Tiap-tiap negara harus mencari jalan keluar yang paling tepat, terkait dengan sumber daya yang tersedia dan risiko-risiko yang dapat ditimbulkan.

Pada awal pandemi, sebagian kalangan menyerukan pemerintah untuk mengambil langkah ekstrem berupa lockdown atau karantina wilayah. Jokowi memutuskan opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mengingat beratnya pukulan terhadap sektor-sektor ekonomi jika pemerintah memberlakukan lockdown.

Tanpa lockdown sekalipun, perekonomian terjun bebas hingga berujung pada resesi. Sementara itu kurva terus naik hingga menembus 1 juta kasus konfirmasi positif Covid-19. Angka ketidakpuasan sebesar 25,4 persen mewakili masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi dan kritik terhadap penanganan pandemi di sektor kesehatan, Okta menambahkan.

Sisanya, lanjut Okta, masih ada yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab 3,9 persen. Publik masih melihat bagaimana upaya vaksinasi yang tengah digencarkan pemerintah untuk menekan laju penyebaran virus. Begitu pula dengan langkah-langkah pemulihan ekonomi agar pertumbuhan bisa kembali ke era sebelum pandemi.

Survei CPCS dilakukan pada 5-15 Maret 2021, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)