Select Page

Ajang pemilu selalu diwarnai dengan kemunculan partai-partai politik baru. Gelaran Pemilu 2024 masih tiga setengah tahun, tetapi geliat parpol-parpol baru mulai tampak. Setelah sebelumnya Partai Gelora, disusul dengan Partai Ummat yang didirikan tokoh reformasi Amien Rais. Terakhir sejumlah tokoh Islam berniat menghidupkan kembali Partai Masyumi.

Sementara itu temuan survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan elektabilitas parpol-parpol lama cenderung turun dibandingkan survei sebelumnya bulan Juli. Hanya ada dua parpol yang mengalami kenaikan elektabilitas, yaitu PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Di tengah kemunculan partai-partai politik (parpol) baru dan turunnya elektabilitas parpol-parpol lama, dua parpol mengalami kenaikan elektabilitas dalam empat bulan terakhir, yaitu PDIP dan PSI,” ungkap Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K. dalam press release di Jakarta pada Rabu (25/11).

Elektabilitas PDIP bergerak naik setelah sempat turun dari bulan Maret (31,7 persen) ke bulan Juli (29,2 persen), kini menjadi 30,4 persen. Sementara itu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terus mengalami kenaikan dari Maret (2,8 persen) ke Juli (4,1 persen), kini 4,3 persen.

PDIP masih berada pada urutan pertama, disusul dengan Gerindra dan Golkar. Elektabilitas Gerindra terus mengalami penurunan sejak Maret (14,5 persen/13,7 persen/13,2 persen). Demikian pula dengan Golkar (8,9 persen/8,3 persen/8,1 persen).

Pada papan tengah, parpol lainnya adalah PKB (5,9 persen/5,8 persen/5,6 persen), PKS (6,7 persen/5,7 persen/5,5 persen), Nasdem (2,9 persen/3,9 persen/3,7 persen), Demokrat (4,6 persen/3,8 persen/3,5 persen), PPP (3,1 persen/2,8 persen/2,6 persen), dan PAN (1,6 persen/1,4 persen/1,2 persen).

Selanjutnya adalah parpol-parpol bawah, yaitu Hanura (0,9 persen/0,8 persen/0,7 persen), Perindo (0,7 persen/0,6 persen/0,5 persen), Berkarya (0,6 persen/0,5 persen/0,4 persen), PBB (0,3 persen/0,3 persen/0,1 persen). “Parpol-parpol baru mulai mendapat dukungan, yaitu Gelora (0,2 persen) dan Ummat (0,1 persen),” lanjut Okta.

Sementara itu PKPI, Garuda, dan parpol baru Masyumi tidak mendapatkan dukungan atau 0 persen. Sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 19,9 persen. “Baik parpol lama maupun baru masih berpeluang meningkatkan elektabilitas, menjadi insentif bagi siapapun untuk mendirikan parpol di Indonesia,” pungkas Okta.

Survei CPCS dilakukan pada 11-20 November 2020, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon terhadap

responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)